MAKALAH MIKORIZA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman, merupakan sub sistem yang cukup kompleks. Salah
satunya adalah komponen biotik yaitu jasad makro dan mikro, yang secara bersama
dengan komponen abiotik membentuk tempat tumbuh bagi kelangsungan hidup tanaman
diatasnya secara berimbang.
Untuk menjamin kestabilan ini, maka pengelolaan sumber daya alam harus
dilakukan secara seimbang, tanpa harus terjadi perubahan-perubahan besar atau
mendadak. Itulah sebabnya
perlunya menjaga keberadaan serta fungsi komponen sistem dan individu
dalam komponen tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah diketahui banyak jasad atau
mikroorganisme yang berguna bagi tanaman, bahkan ada yang dapat membantu
tanaman dalam hal penyerapan unsur hara dan menjaga kondisi tanah dengan
menghasilkan sekresi ekstraselular, vitamin, dan zat tumbuh.
Sebagai contoh mikoriza merupakan bentuk hubungan yang
menguntungkan bagi masing-masing pembentuknya.
Menurut Budi et al. (1998) ada
tiga bentuk/tipe mikoriza yaitu pertama ektomikoriza, jenis mikoriza ini ditemui pada tumbuhan Angiospermae dan Gimnospermae. Miselia cendawan ini berkembang dipermukaan rambut
akar dengan membentuk selaput miselium dan tidak masuk menembus sel-sel akar. Kedua
endomikoriza, jenis
mikoriza ini dijumpai hampir pada semua jenis tanaman. Cendawan pembentuknya
tumbuh di antara sel-sel korteks akar dan membentuk arbuskulus didalam sel.
Ketiga ekstendomikoriza, jenis mikoriza ini hanya terbentuk pada
beberapa famili tanaman dan cendawan pembentuknya berkembang diantara, di dalam
dan di sekeliling akar tanaman
inang.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1)
Apa definisi dari mikoriza ?
2)
Bagaimana prinsip kerja mikoriza ?
3)
Bagaimana tipe-tipe dari mikoriza ?
4)
Bagaimana manfaat mikoriza dan hubungan
timbal baliknya dengan
tanaman
?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1)
Untuk mengetahui definisi dari mikoriza
2)
Untuk mengetahui prinsip kerja mikoriza
3)
Untuk mengetahui tipe-tipe dari mikoriza
4)
Untuk mengetahui manfaat mikoriza dan
hubungan timbal baliknya dengan tanaman
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Mikoriza
Istilah mikoriza yang berarti : “Jamur
Akar” pertama kali dikenalkan oleh Frank, botaniwan jerman pada tahun 1855,
untuk menyebutkan sebagai suatu struktur yang terbentuk sebagai hasil assosiasi
jamur tanah tertentu dengan akar tumbuhan tinggi. Jamur akar ini diketemukan
Frank pada pepohonan hutan seperti pinus.
Mikoriza adalah
suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan/jamur (mykes)
dan perakaran (rhiza) tanaman. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman pertanian,
perkebunan, kehutanan dan pakan ternak. Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis
jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996).
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk
melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang
tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak tumbuh
atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza di akarnya. Sebagai
misalnya, semaian pinus biasanya
gagal tumbuh setelah pemindahan apabila tidak terbentuk jaringan mikoriza di
sekitar akarnya.
Istilah cendawan Mikoriza Vesikula-Arbuskula (MVA) pertama kali dilaporkan
oleh Peyronel, (1923) dalam Trappe
dan Schenk, (1982). Hal ini disebabkan karena dicirikan oleh adanya
vesikel dan arbuskel pada akar tanaman yang terinfeksi
dan terkolonisasi. Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui spora, tumbuh dan
berkembang dalam jaringan korteks, dimana morfologi cendawan ini terdiri dari
arbuskel, vesikel, miselium internal dan eksternal.
Cendawan mikoriza meprupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya
berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk
apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone
elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada
akar yaitu interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan
tidak sampai pada stele. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka
berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air.
Mosse, (1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza mempunyai sifat dapat
berkolonisasi dan berkembang secara simbiosis mutualisme dengan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, serta
membantu
menekan perkembangan beberapa patogen tanah.
B. Prinsip Kerja Mikoriza
Jamur yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, akan memproduksi
jalinan hifa secara intensif di luar sel akar, di dalam sel akar atau di luar
dan di dalam sel akar sekaligus. Hifa jamur memperpanjang daya jelajah akar dalam
mencari unsur hara tanah dan air. Luas rizosfir tanaman bermikoriza 100 kali lebih besar
dari tanaman tanpa mikoriza. Akar tanaman yang bermikoriza akan mampu meningkatkan
kapasitas dalam penyerapan unsur hara (fosfor, nitrogen) dan air.
Terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui beberapa tahap, yakni
:
1.
Pra
infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk appressoria.
2.
Infeksi.
Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada akar tanaman.
3.
Pasca
infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara interselluler,
arbuskula terbentuk didalam sel saat setelah penetrasi. Arbuskula
percabangannya lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada dinding sel.
Arbuskula hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalami
degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat
pembentukan arbuskula, beberapa cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian
interselluler, dimana vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau
interkalar dan hifa.
4.
Perluasan
infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat tiga fase:
a.Fase awal dimana saat infeksi primer.
b.
Fase
exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat .
c.Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5.
Setelah
terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di
dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut hifa eksternal
yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat
transportasi nutrisi ke akar, hifaeksternal tidak bersepta dan membentuk
percabangan dikotom.
C. Tipe-Tipe Dari Mikoriza
Berdasarkan
struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, umumya
mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman
pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza
(Harley and Smith, 1983).
Ektomikoriza adalah hifa jamur yang menyelubungi
masing-masing cabang akar di bagian luar akar sehingga membentuk mantel akar.
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar,
bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi
sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke
dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks
membentuk struktur seperrti pada jaringan.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.
Endomikoriza
mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan
hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan
korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut vasiculae
(vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul)
(Brundrett, 2004).
Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar
serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun
membentukmiselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. jamur juga
membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga
sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh
jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997).
Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau
bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan
makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi sebagai organ
reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain dibentuk secara interseluler ada
juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel diawali dengan adanya
perkembang sitoplasma hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan
mengandung partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat
melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan
dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan).
Vesikel
biasanya dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi
yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah
struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip
haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat pertukaran
nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3
hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang
dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang.
D. Manfaat mikoriza dan hubungan timbal
baliknya dengan tanaman
1. Mikoriza
sebagai biokontrol tanaman terhadap kekeringan.
Setiadi (2003),
menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi
tanaman terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak
terdapatnya logam-logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat
disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup
menjanjikan dalam bidang agribisnis. Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap
kekeringan dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat
kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang
bermikoriza. Setelah periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal
ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-pori
tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang
sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat.
Jaringan hifa ekternal dari mikoriza
akan memperluas bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran hifa yang
lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa menyusup ke pori-pori
tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi
kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman
bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran
masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat.
2. Lebih
Tahan terhadap Serangan Patogen Akar
Mikoriza dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar
dan unsur toksik. Imas et al (1993)
menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi
bagi terjadinya patogen akar. Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza
menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen
akar terhambat. Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat,
sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak,
cendawan mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan
patogen. Mekanisme perlindungan dapat diterangkan sebagai berikut:
·
Adanya selaput hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai
barier masuknya patogen.
·
Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan
karbohidrat dan eksudat lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok
untuk patogen.
·
Cendawan mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang
dapat mematikan patogen.
·
Akar tanaman yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza,
tidak dapat diinfeksi oleh cendawan patogen yang menunjukkan adanya kompetisi.
Mikoriza
juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun
seperti logam berat. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur
beracun yang diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan
secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hifa cendawan.
3. Produksi Hormon dan zat Pengatur Tumbuh
Telah
banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan mikoriza dapat menghasilkan
hormon seperti, sitokinin dan giberalin. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin
juga pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme cendawan mikoriza. Cendawan
mikoriza bisa membentuk hormon seperti auxin, citokinin, dan giberalin, yang
berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman.
4. Perbaikan
Struktur Tanah
Sekresi
senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir oleh jaringan hifa eksternal yang
mampu mengikat butir-butir primer menjadi agregat mikro. “Organic binding
agent” ini sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat mikro. Kemudian
agregat mikro melalui proses “mechanical binding action” oleh hifa eksternal
akan membentuk agregat makro yang mantap.Cendawan VAM menghasilkan senyawa glikoprotein
glomalin yang sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat.
Seperti yang disampaikan
oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai
pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan
bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami
kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999).
Faktor-faktor
yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti
benang-benang jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel
lainnya Selain akibat dari perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur
mikoriza, sekresi dari senyawa-senyawa polysakarida, asam organik dan lendir
yang di produksi juga oleh hifa-hifa eksternal, akan mampu mengikat butir-butir
primer/agregat mikro tanah menjadi butir sekunder/agregat makro. Agen organik
ini sangat penting dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat
dan pengikatan oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat makro yang
mantap.
5. Meningkatkan Serapan Hara P
Mikoriza
juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut fosfat atau bakteri
pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan mikoriza dapat
meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat dan pada tanaman gandum.
6. Manfaat Tambahan dari Mikoriza
Penggunaan
inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh
mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan
nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro. Mikoriza berpegaruh
juga dari segi fisik, yaitu dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak
mengandung logam berat, dan daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk
digunakan pada proyek rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang. Bahkan ada
mikoriza yang menginfeksi tanaman yang tumbuh di dalam air. Hasil penelitian
sementara staf Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB menunjukkan bahwa dari
akar padi sawah juga dapat diinokulasi mikoriza tertentu. Bila ini benar, maka
tidak mustahil mikoriza akan memegang peranan sangat penting dalam pengembangan
pertanian di Indonesia. Mikoriza
memanfaatkan sekresi akar tanaman atau zat-zat yang dikeluarkan akar tanaman
karena mengandung gula sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan tanaman.
Namun
demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya
pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh
Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk memproduksi inokulan mikoriza dalam
skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang
kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama,
kecuali terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian. Di samping hal-hal tersebut
penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan karena penggunaannya yang
dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk memproduksinya. Oleh karena
itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya
untuk memaksimalkan potensi mikoriza ini.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari
pembahasan makalah ini sebagai berikut.
1.
Istilah mikoriza yang berarti : “Jamur Akar” pertama
kali dikenalkan oleh Frank, botaniwan jerman pada tahun 1855. Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan/jamur
(mykes) dan perakaran (rhiza) tanaman.
2.
Jamur
yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, akan memproduksi jalinan hifa
secara intensif di luar sel akar, di dalam sel akar atau di luar dan di dalam
sel akar sekaligus.
3.
Berdasarkan struktur dan cara cendawan
menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu
ektomikoriza, ektendomikoriza dan endomikoriza.
4. Manfaat
mikoriza antara lain meningkatan ketahanan terhadap kekeringan, mikoriza
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari
patogen akar dan unsur toksik, meproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh,
perbaikan struktur tanah, meningkatkan serapan hara P, penggunaan inokulum yang
tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan
pupuk.
B. Saran
Sebagai
saran dari penyusun makalah yaitu perlu peningkatan fungsional mikoriza
terhadap aplikasi kehidupan secara khusus di bidang pertanian dan budidaya
tanaman, agar peran mikoriza dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan bidang tersebut.
Oleh karena itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut
dalam upaya untuk memaksimalkan potensi mikoriza ini.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, S. W.,
J.P. Caussanel, A. Trouvelot and A.Gianiazzi. 1998. The biotechnology of mychorrizas In
N.S. Subba and Y.R. Dommergues (Eds.) Microbial interaction in
aricultural and foresty science Publishers, Inc., USA. Vol. (1) : 149 – 162.
Harley, J. L. and M. S.
Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis.
Academic Press, Inc. New York.
483p.
Mosse, B. 1981. Vesicular-arbuscular mycorrhizal research
for tropical Agriculture. Res. Bull. 82p.
Setiadi,
Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum
production. Program dan Abstrak
Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan. 16
September 2003. Bandung. pp 10.
Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler:
Produksi inokulan dan pengawasan
mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran:
Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo- Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan.
16 September 2003. pp 11.
Twn,
C. 2003. Pemanfaatan mikoriza dan
prospeknya. Program dan Abstrak Seminar
dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan,
dan Kehutanan.16 September
2003. pp 15.
Yusnaini,
S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda
Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular
terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No.
7:103-108.
Komentar
Posting Komentar