NATA DE SAGO "INOVASI TERKINI PEMBUATAN NATA BERBAHAN DASAR LIMBAH CAIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
NATA DE SAGO "INOVASI TERKINI
PEMBUATAN NATA BERBAHAN
DASAR
LIMBAH CAIR (WHEY) SAGU (Metroxilon sp.) BERASAL DARI SULAWESI
TENGGARA”
BIDANG KEGIATAN:
PKM
GAGASAN TERTULIS
(PKM-GT)
Diusulkan oleh:
Ketua Kelompok :
Jendri Mamangkey (F1 D1 10 004/2010)
Anggota 1 : Hasanah (F1 D1 11 003/2011)
Anggota 2 : Fatma Cahya Putri (F1 D1 11 011/2011)
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
Nata
de Sago "Inovasi
Terkini Pembuatan Nata Berbahan Dasar Limbah Cair (whey) Sagu Berasal dari Sulawesi Tenggara”
Jendri
Mamangkey,
Universitas
Halu Oleo Kendari
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus
Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 Telp.(0401) 3191929. Fax. (0401)
3190496
Website:http://unhalu.ac.id/
RINGKASAN
Bentuk makanan baru yang sekarang
ada di masyarakat salah satunya adalah nata. Makanan ini berwarna putih,
transparan dan banyak mengandung air sehingga seratnya menyebabkan padat dan
kenyal seperti jelly. Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari
selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan
Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang mengandung gula dan
protein. Komponen utama nata adalah selulosa yang mampu mengikat air sebesar
95% dalam bentuk gel nata sehingga bersifat empuk (Enie, A.B., 1998).
Umumnya pembuatan nata menggunakan
air kelapa sebagai media nutrisi bagi Acetobacter
xylinum. Selain air kelapa kini terdapat media alternatif yang dapat
digunakan yaitu limbah cair sagu (whey),
yang sampai saat ini belum banyak orang mengetahuinya. Limbah sagu merupakan
biomassa lignoselulosa yang mengandung komponen penting, seperti pati dan
selulosa. Namun, limbah sagu belum banyak dimanfaatkan sehingga belum memiliki
nilai ekonomis dan konsumtif. Padahal, biomassa lignoselulosa limbah sagu
berpotensi sebagai bahan untuk membuat nata de sago.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia
seperti penduduk di Sulawesi Tenggara, sagu merupakan pangan utama sejak zaman
dahulu. Demikian pula, pemanfaatan sagu untuk pembuatan makanan tradisional
sudah lama dikenal oleh penduduk di daerah-daerah penghasil sagu di Indonesia
(Bintoro,1999). Meningkatnya limbah
pertanian akibat perkembangan industri pertanian menimbulkan pengaruh
pencemaran lingkungan. Limbah pertanian merupakan hasil samping industri
pengolahan pertanian. Salah satu limbah pertanian dari hasil samping industri
adalah limbah cair sagu (whey).
Air sisa pengolahan pati sagu merupakan
salah satu diantara limbah tersebut yang selama ini belum dimanfaatkan, oleh
karena limbah cair sagu tersebut masih mengandung senyawa gizi dimungkinkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan nata
de sago dengan bantuan Acetobacter xylinum. Penerapan
alternatif pada produksi nata melalui limbah cair sagu ini dapat mengurangi
tingkat pencemaran lingkungan disekitar tempat pengolahan sagu.
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan dalam bidang pertanian
dan industri pertanian seringkali menimbulkan peningkatan limbah pertanian yang
sebagian besar merupakan limbah berlignoselulosa. Secara kimia limbah
berlignoselulosa kaya akan selulosa yang dapat diolah menjadi produk-produk
yang bernilai ekonomi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama produk makanan/minuman yaitu nata, maka limbah
lignoselulosa dapat lebih efiseien digunakan dengan modifikasi, salah satunya
untuk proses produksi starter
nata sebagai bahan baku pembuatan nata de sago. Limbah cair sagu
merupakan bahan lignoselulosa yang sebagian besar tersusun atas selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Tanaman
sagu (Metroxylon sp.) merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang
banyak mengandung karbohidrat, sehingga sagu merupakan bahan makanan pokok
untuk beberapa daerah di Indonesia seperti Maluku, Irian Jaya dan sebagian
Sulawesi. Sagu juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri pangan yang antara lain dapat diolah menjadi bahan
makanan seperti bagea, mutiara sagu, kue kering, mie, biskuit, kerupuk dan
laksa (Harsanto, 1986).
Sulawesi
Tenggara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sagu yang cukup luas
dengan sebagian penduduknya menjadikan sagu sebagai bahan makanan pokok atau
pun bahan makanan tambahan. Pada tahun 2007 luas areal sagu di Sulawesi Tenggara
diperkirakan sekitar 5.607 hektar (BPS Sultra 2007).
Industri
ekstraksi pati sagu menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu residu selular
empulur sagu berserat (ampas), kulit batang sagu, dan air buangan (wastewater)
(Singhal et al. 2008). Limbah cair sagu (Metroxylon
sago) berupa air
buangan (wastewater) merupakan limbah yang
dihasilkan dari pengolahan sagu, kaya akan karbohidrat dan bahan organik
lainnya. Pemanfaatannya masih terbatas dan biasanya dibuang begitu saja
ketempat penampungan atau kesungai yang ada disekitar daerah penghasil. Oleh
karena itu limbah cair sagu (Metroxylon sago) berpotensi menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemanfaatan terhadap limbah cair sagu (Metroxylon
sago), hal ini dikarenakan
limbah tersebut masih mengandung senyawa gizi dimungkinkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan nata dengan bantuan Acetobacter xylinum.
Berdasarkan beberapa kasus tersebut maka kami mengangkat judul “Nata
de Sago "Inovasi Terkini Pembuatan Nata Berbahan Dasar Limbah Cair
Sagu Berasal dari Sulawesi
Tenggara” ”.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
potensi limbah cair (whey) sagu
sebagai media alternatif pada pembuatan Nata de
Sago.
2. Mengetahui
proses pengolahan Nata de Sago yang berasal dari limbah cair
sagu di Sulawesi Tenggara.
1.3 Manfaat
1. Digunakan
sebagai wadah penambah wawasan bagi masyarakat dan mahasiswa mengenai potensi
limbah cair sagu sebagai media alternatif
pada pembuatan Nata de Sago.
2. Digunakan
sebagai sebuah pengetahuan penting tentang proses pengolahan Nata de
Sago yang berasal dari limbah cair sagu di Sulawesi Tenggara.
II. GAGASAN
Kondisi Kekinian Pembuatan Nata dari Air
Kelapa
Nata merupakan jenis makanan
penyegar atau pencuci mulut (food dessert) yang memegang andil yang cukup
berarti untuk kelangsungan fisiologi secara normal. Nata de coco yang berasal
dari air kelapa digemari oleh konsumen Jepang karena dianggap berkasiat
mencegah terjadinya kanker usus dan sebagian besar produk ini diimpor dari
Filipina (Barlina dan Lay, 1994). Nata sebenarnya adalah selulosa hasil sintesa
dari gula (glukosa) oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum (Dimaguila,
1967). Struktur selulosa pada nata menyerupai selulosa yang terdapat pada
dinding sel.
Produksi nata hingga saat ini
memanfaatkan hasil samping olahan suatu produk. Air kelapa merupakan salah satu
hasil samping olahan suatu produk yang
ada digunakan dalam pembuatan nata yang dinamakan nata de coco. Seiring dengan banyaknya produksi nata menggunakan
media air kelapa, saat ini air kelapa tersebut telah diperjualbelikan, dan
sulit didapatkan dalam jumlah yang banyak sehingga untuk mendapatkannya kita
harus mengeluarkan biaya.
Alternatif
untuk mengganti fungsi air kelapa pada pembuatan nata adalah dengan menggunakan
limbah cair sagu (whey) yang merupakan
hasil samping olahan pati sagu. Dari segi ekonomis,
untuk mendapatkan limbah cair sagu masih
cuma-cuma, tidak seperti air kelapa (bahan baku Nata de Coco) yang sudah harus dibayar dengan uang. Limbah
cair sagu (whey) hanya dibiarkan
mengalir disungai/rawa sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan, sehingga
diharapkan melalui produksi Nata de Sago
ini dapat meminimalisir tingkat pencemaran lingkungan.
Alternatif Pengganti
Fungsi Air Kelapa pada Pembuatan Nata
Sebagai
alternatif untuk mengganti air kelapa pada pembuatan nata adalah dengan menggunakan
limbah cair (whey) yang berasal dari
pengolahan pati sagu. Pati sagu merupakan salah satu bahan pangan penting di
Sulawesi Tenggara, dan sangat penting keberadaannya karena pati sagu ini
memiliki fungsi ganda yaitu sebagai bahan pangan pokok sebagian masyarakat
(disamping beras) yang dibuat menjadi “sinonggi” juga sebagai bahan baku untuk
agroindustri sagu. Limbah cair (whey)
sagu bisa dimanfaatkan untuk menggantikan fungsi air kelapa dalam pembuatan
nata karena kandungan komponen penting, seperti pati dan selulosa.
Limbah
sagu merupakan limbah pertanian yang merupakan limbah berligninoselulosa.
Secara kimia limbah berlignoselulosa kaya akan selulosa yang dapat diolah
menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi seperti nata. Kandungan
polisakarida (pati), selulosa (Kiat,
2006) dan gula pentosa pada limbah sagu adalah salah satu alasan yang
menjadikannya sebagai sumber nutrisi bagi Acetobacter
xylinum dalam pembuatan Nata de Sago.
Kiat (2006)
melaporkan bahwa limbah sagu mengandung komponen penting
seperti pati dan selulosa. Jumlah limbah kulit batang sagu mendekati 26%,
sedangkan ampas sagu sekitar 14% dari total bobot balak sagu. Ampas mengandung 65,7% pati dan dan sisanya merupakan
serat kasar, protein kasar, lemak, dan abu. Dari persentase tersebut ampas
mengandung residu lignin sebesar 21%, sedangkan kandungan selulosa di dalamnya
sebesar 20% dan sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu. Di sisi lain, kulit
batang sagu mengandung selulosa (57%)
dan lignin yang lebih banyak (38%) daripada ampas sagu.
Komposisi Kimia Pati Sagu
Komponen
|
Jumlah
(%)
|
Protein
|
0,62
|
Abu
|
0,32
|
serat
|
0,15
|
Pati
|
75,88
|
Amilosa
|
23,94
|
Amilopektin
|
76,06
|
Sumber:
Richana dkk. (2000)
Kondisi Produksi Sagu di Sulawesi
Tenggara Terkini
Luas
Areal Tanaman sagu di Kota Kendari (hektar) tahun 2011 yaitu 164 hektar,
yang terdiri atas lahan produktif 109 hektar, belum
produktif 46 hektar dan tidak produktif 9
hektar. Produksi
Tanaman sagu di Kota Kendari (ton),
tahun 2009 – 2011 adalah 30 ton
tahun 2009, 30 ton tahun 2010 dan 30,10 ton pada tahun 2011 (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kendari, 2012).
Proses
Pengolahan Limbah Cair (Whey) Sagu menjadi
Nata de Sago sebagai Pengganti Air
Kelapa
Penyiapan
Starter F2
Starter
adalah bibit Azetobacter xylinum yang
telah difermentasikan dalam media starter F1 (air kelapa). Selanjutnya akan
dibuat starter F2 menggunakan perbandingan antara substrat limbah cair (Whey)
sagu dengan air kelapa (2:1). Bahan yang digunakan yaitu gula pasir, ZA dan
asam cuka dapur. Pembuatan starter dilakukan dalam wadah botol kaca (sirup ABC).
Pembuatan starter F2 dalam 1000 mL dengan komposisi bahan: limbah cair (Whey)
sagu 750 mL, air kelapa 250 mL, gula pasir 8,35 gram, ZA 3,35 gram dan asam
cuka 4,15 mL. Selanjutnya cair (Whey) sagu dan air kelapa
dipanaskan dengan menambahkan gula pasir dan ZA hingga mendidih, kemudian
menambahkan asam cuka dapur. Setelah perebusan selesai menuangkan kedalam botol
kaca (sirup ABC), lalu menutupnya dengan kertas koran steril dan menunggu
hingga media tersebut dingin. Selanjutnya saat media sudah dingin, pemberian
inokulum Azetobacter xylinum pada
starter F2 dilakukan yaitu setiap 500 mL media dikombinasikan inokulum Azetobacter xylinum sebanyak 50-60 mL
dan starter F2 diinkubasi selama 4-5 hari dengan suhu 28-300C.
Persiapan
Substrat
Substrat
adalah media pertumbuhan bakteri Azetobacter
xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan
untuk pertumbuhan Azetobacter xylinum,
untuk menghasilkan Nata de Sago. Cara
penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Sago dengan bahan baku limbah cair (whey) sagu ádalah sebagai berikut;
limbah cair (whey) sagu yang
diperoleh dari masyarakat pengelolah sagu disaring dengan menggunakan kain saring
bersih. Kedalam limbah cair (whey)
sagu ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan
sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. ZA (sebanyak 5 gram ZA untuk setiap 1
liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil
didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam cuka dapur 20% (20
ml asam cuka dapur untuk setiap 1 liter limbah cair (whey) sagu).
Fermentasi
Substrat
didinginkan hingga suhu 300C. Substrat dimasukkan pada nampan atau
baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira
5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 %
(v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa.
Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih,
terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari
terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu
kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digoyang. Pada umur 10-15 hari
nata dapat dipanen.
Proses
Pengolahan Nata de Sago
Nata de Sago
yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 2 cm.
Nata de Sago dicuci dengan
menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air
bersih. Nata de Sago direndam dalam
air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata
de Sago hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah
dihasilkan Nata de Sago rasa tawar.
Untuk menghasilkan Nata de Sago siap
konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan
proses lanjut. Nata de Sago direbus
dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir
sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain
untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Sago bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya
direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata
de Sago didingankan dan siap untuk dikonsumsi.
Komentar
Posting Komentar