ISOLASI BAKTERI TERMOFILIK

By: jendri mamangkey



I.   PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
          Mikroorganisme di alam tersebar luas, mulai dari tempat terdingin di kutub sampai di dalam tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya pengamatan mikroba secara spesifik. Oleh sebab itu diperlukan teknik isolasi dan pemurnian agar didapatkan media murni.
          Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultur, morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja.
          Lingkungan diperairan panas juga mikroba tetap akan hidup, salah satunya adalah bakteri termofilik. Sumber mata air panas diduga memiliki potensi terdapatnya bakteri termofil, bakteri termofil merupakan bakteri dengan kemampuan bertahan hidup pada kondisi panas sampai dengan kondisi ekstrim panas bahkan bakteri termofil ada yang mampu bertahan hidup pada suhu 250oC. Hingga saat ini masih kurang dilakukan eksplorasi terhadap bakteri termofilik yang terdapat pada sumber mata air panas, sehingga praktikum ini dilakukan untuk mengetahui bakteri yang dapat hidup
pada tempat tersebut.
B.   Rumusan Masalah
          Rumusan masalah pada praktikum isolasi bakteri termofilik yaitu bagaimana jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing titik tempat
pengambilan sampel dengan suhu yang berbeda?
C.   Tujuan
          Tujuan dari dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing titik tempat pengambilan sampel dengan suhu yang berbeda.
D.   Manfaat
          Manfaat yang diperoleh melalui praktikum ini adalah dapat mengetahui jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing titik tempat pengambilan sampel dengan suhu yang berbeda.

II.   TINJAUAN PUSTAKA
            Bakteri termofilik merupakan kelompok bakteri yang memiliki kondisi pertumbuhan optimum pada suhu tinggi  Bakteri termofilik berbeda dengan sel-sel eukariotik karena kemampuannya untuk beradaptasi dan tumbuh pada suhu tinggi serta kondisi ekstrim, seperti salinitas tinggi (NaCl jenuh), pH ekstrim (<2.0,>10.0), dan tekanan substrat. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, bakteri termofilik terdiri atas tiga golongan, yaitu termofilik (45-65 oC), ekstrim termofilik (65-85 oC), dan hipertermofilik (85-110 oC) (Nam et al. 2004).
            Habitat alami bakteri termofilik tersebar luas di seluruh permukaan bumi. Salah satu lingkungan alaminya terbentuk akibat aktivitas vulkanik atau perpindahan kerak bumi pada saat gempa tektonik. Fenomena geologi tersebut menghasilkan kawah air panas yang biasanya memiliki pH netral (Edwards 1990).
            Bakteri termofilik juga dapat ditemukan pada tanah, kompos, sampah, dan lumpur sungai.  Mikroba termofilik yang terdapat di dalam kompos beraneka ragam. Mikroba termofilik yang telah ditemukan dalam kompos, diantaranya adalah Thermonospora, Thermoactinomyces, Thermonospora chromogena, Streptomyces, Bacillus, Actinomycetes, dan Thermus (Mayende et al. 2006).
            Terdapat tiga faktor yang menyebabkan bakteri termofilik mampu bertahan dan berkembang dalam kondisi suhu tinggi, yaitu kandungan enzim dan protein lebih stabil dan tahan panas dibandingkan dengan mesofil, molekul pensintesis protein (seperti ribosom dan komponen lainnya) stabil terhadap panas, dan membran lipid sel termofil mengandung banyak asam lemak jenuh yang membentuk ikatan hidrofobik yang sangat kuat. Bakteri termofilik mampu mensintesis molekul stabil, seperti enzim yang mampu mengkatalis reaksi-reaksi biokimia pada suhu tinggi dan lebih stabil dibandingkan dengan enzim dari mesofil. Enzim ini tidak hanya stabil terhadap suhu tinggi tetapi juga terhadap protein-protein denaturan, seperti detergen, pelarut organik, serta enzim protease (Andrade et al. 1999).
            Keanekaragaman bakteri termofilik memberikan gambaran potensi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Pada saat ini bakteri termofilik dipelajari dan diteliti secara intensif karena alasan pengembangan penelitian dasar dan aplikasi bioteknologi. Bakteri termofilik berpotensi sebagai sumber-sumber enzim khas yang dapat digunakan pada proses pengolahan limbah maupun pelapukan mineral (Brock, 1986).
            Proses isolasi bakteri termofilik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan isolasi bakteri mesofilik, tetapi isolasi bakteri termofilik memerlukan suhu tinggi. Salah satu kendala yang dihadapi ketika mengisolasi bakteri, terutama bakteri termofilik adalah kesulitan untuk mengisolasi bakteri yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang rendah. Pada umumnya bakteri yang berhasil diisolasi adalah bakteri yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi, sehingga menjadi dominan di lingkungannya. Populasi bakteri termofilik mungkin sangat sedikit di habitat lain, sehingga media untuk proses isolasi harus diperkaya (Sanfitri 2007).

III.  METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum Isolasi Bakteri Termofilik dilakasanakan pada hari Senin, 3 Juni  2013 pada pukul 09.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
              Alat yang digunakan pada praktikum Isolasi Bakteri Termofilik dapat dilihat pada tabel 1.
    Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum Isolasi Bakteri Termofilik dapat dilihat pada tabel 1.
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Cawan petri
Sebagai wadah untuk menumbuhkan mikroba
2.
Erlenmeyer
Sebagai wadah untuk media PCA
3.
Botol gelap
Untuk menyimpan sampel air
4.
Oven
Untuk menumbuhkan mikroorganisme pada suhu 45o C
5.
Autoclave
Untuk sterilisasi alat dan bahan
6.
Bunsen
Untuk sterulisasi dengan pemijaran
7.
Hot plate
Untuk memanaskan media PCA
8.
Kamera digital
Untuk mengambil gambar pengamatan
9.
Mikro pipet & yellow tip
Untuk mengambil sampel
10.
Laminar air flow
Untuk tempat bekerja secara aseptis
11.
Colony counter
Untuk menghitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh
12.
Drygal sky
Untuk menyebar sampel pada permukaan media

Bahan  yang digunakan pada praktikum Isolasi Bakteri Termofilik dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Isolasi Bakteri Termofilik
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
Sampel air
Sebagai bahan untuk mengisolasi bakteri termofilik
2.
PCA
Sebagai media untuk pertumbuhan mikroorganisme
3.
Aquades
Untuk pengenceran
4.
Silk
Untuk menutup cawan petri


C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Isolasi Bakteri Termofilik adalah sebagai berikut:
1.      Mengambil sampel air pada berbagai lokasi, dari permandian air panas Wawolesea, Konawe Utara.
2.      Mensterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan untuk isolasi
3.      Menuang pada cawan petri media PCA yang telah dipanaskan,.
4.      Mengambil sampel air sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan yellow tip
5.      Menyebar sampel air dengan menggunakan drygal sky pada media PCA yang telah dipadatkan.
6.      Menginkubasi dalam oven selama 1 x 24 jam, pada suhu 45o C
7.      Menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dengan menggunakan colony counter.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
           Hasil pengamatan dari Praktikum Isolasi Bakteri Termofilik yaitu sebagai berikut:


B.   Pembahasan

Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara lain dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate) (Lim, 1998). Cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (teh micromanipulator method). Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehinga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya.
          Mengisolasi bakteri dari tanah atau benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair, maka dilakukan serangkaian pengenceran terhadap zat tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lainnya.
Usaha mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu penanaman dengan penggoresan : cara ini untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni. Penanaman lapangan : berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofage dan uji kepekaan terhadap antibiotic. Biakan agar tabung : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya pertumbuhan murni mikro untuk aglutinasi gelas alas. Biakan tusukan : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baru. Biakan agar tuang : menunjukkan jumlah koloni mikroba hidup yang terdapat pada suspensi. Biakan cairan : kegunaannya untuk menunjukkan biakan yang banyak dan cepat. Kerugiannya adalah tidak dapat membuat biakan murni dari bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.
          Praktikum kali ini adalah mengisolasi bakteri termofilik yang berasal dari permandian air panas Wawolesea, Konawe Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada tempat dengan suhu yang berbeda-beda yaitu lokasi 1 (45o C), lokasi 2 (50o C), lokasi 3 (48o C) dan lokasi 4 (51o C). Dengan perhitungan metode SPC menunjukkan bahwa  bakteri yang tumbuh hanya pada dua titik lokasi yakni pada lokasi 1 sejumlah 0,3 x 10-3 (11 ) gr/ml dan pada lokasi 3 sejumlah 8,3 x 10-3 gr/ml. Berdasarkan hasil ini maka di duga bakteri yang hidup pada permandian air panas Wawolesea, Konawe Utara banyak terdapat pada lokasi 3 yang bersuhu 48o C. Dan ini mengisyaratkan bakteri yang hidup merupakan bakteri kelompok termofil, yakni bakteri yang hidup diatas suhu 450C.

DAFTAR PUSTAKA

Andrade CMMC. Jr pereira N, Antranikian G. 1999. Extremely thermophilic
            microorganisms and their polymer hidrolytic enzymes. Rev de Microbiol     30:287-298.

Brock TD. 1986. An overview of the thermophiles. dalam Brock TD.  Thermophiles: General Molecular and Applied Microbiology. New York:
            Wiley.

Edwards C. 1990. Microbiology of Extreme Environments. New York: Mc Graw-
            Hill Publishing Company Mayende L, Wilhelmi BS, Pletschke BI. 2006. Cellulase (CMCase) and polyphenol oxidase from thermophilic Bacillus spp. Isolated from compost. Soil Biol Biochem 38:2963-2966.


Nam et al. 2004. _-Galaktosidase gene of Thermus thermophilus KNOUC 112
            isolated from hot springs of a volcano area in New Zealand: identification of bacteria, cloning, and expression of the gene in Escherichia coli. J Anim     Sci 17:1591-1598.

Sanfitri EH. 2007. Amplifikasi gen 16SrRNA bakteri termofilik dari sumber air     panas, Gunung Pancar Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum: Pembuatan Kombucha

PEMBUATAN WINE (ANGGUR)

KERAGAMAN JENIS BENTHOS DI PERAIRAN WISATA BAHARI DESA TANJUNG TIRAM KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA