KOMBINASI LOCAL WISDOM DAN PRAGMATISME SEBAGAI REKOMENDASI TERHADAP PENGENDALIAN MODERNISASI TEKNOLOGI
PAPER
KOMBINASI LOCAL WISDOM DAN PRAGMATISME SEBAGAI REKOMENDASI TERHADAP
PENGENDALIAN MODERNISASI
TEKNOLOGI
By: Jendri mamangkey
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi sebagai tuntutan zaman
semakin meningkat, kebutuhan akan produk-produk bernuansa teknologi terus
dicari oleh para konsumen. Teknologi menjadikan setiap masalah diselesaikan
dalam waktu yang begitu singkat bahkan dengan ruang yang relatif sempit. Setiap
orang melibatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam pertanian,
kesehatan, bahkan sandang/pangan. Kehadiran teknologi merupakan akibat proses
integrasi secara internasional melalui brainstorming (pertukaran ide)
antar negara yang dikonversikan menjadi sebuah kesepakatan bersama, proses
ini yang biasa disebut dengan globalisasi. Menurut Cavusgil (1993), pengembangan produk terbaru yang merupakan
proliferasi dari teknologi terkini sangat berkontribusi terhadap globalisasi
pasar.
Globalisasi ini mengakibatkan pergeseran
mental terhadap penggunaan dan pemakaian produk sendiri yang bersifat
konvensional pun terus menurun, sehingga modernisasi semakin merambat sampai
pada golongan masyarakat awam. Pengendalian modernisasi masih jauh dari
harapan, waktu telah menunjukkan kelayakan teknologi hasil globalisasi
cenderung lebih nyaman. Penggiat teknologi modern selalu memunculkan inovasi
baru yang meninggalkan jauh teknologi konvensional, hal ini terjadi akibat
perubahan fenomena yang terjadi seiring berlalunya waktu. Sesuai pernyataan
EuroStat (2007) bahwa penerapan globalisasi hasil dari sebuah fenomena, gerakan
dan gaya, dimana ruang lingkupnya meningkat seiring waktu terus berlalu.
Disisi lain penggunaan teknologi modern tidak
selamanya memberikan manfaat yang berkelanjutan, setiap keunggulan pasti
terdapat kelemahan dalam penerapannya. Contohnya teknologi dalam bidang
pertanian, penggunaan pestisida merupakan bukti kemajuan teknologi yang
mengurangi hama penyakit hingga meningkatkan hasil panen, namun disisi lain bahwa
pestisida yang menempel di buah lalu dimakan pastinya akan sangat berbahaya
bagi tubuh bila dikosumsi secara rutin. Selain itu penggunaan pestisida juga
akan membuat hama mengalami resistensi. Dampak lain dari penggunaan teknologi
ialah biaya yang relatif tinggi.
Hal ini menjadi challenging (tantangan) sendiri bagi negara berkembang, diperlukan
suatu rekomendasi untuk mengendalikan modernisasi teknologi yang bertujuan
memaksimalkan fenomena alam serta memanfaatkan waktu yang ada. Salah satu
rekomendasi yang perlu diperhatikan seksama adalah kombinasi kearifan lokal (local wisdom) dan pragmatisme. Haryati Soebadio (1989) berpendapat bahwa
kearifan lokal adalah suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai
watak dan kemampuan sendiri. Kemampuan untuk mengolah pengetahuan sesuai budaya
menjadi suatu nilai yang bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Manfaat nilai tersebut menyatu dalam
kehidupan masyarakat lokal, menjadi pedoman berperilaku dan berhubungan dengan
alam, tercipta suatu landasan kuat bagi pengelolaan lingkungan hidup,
menjadikan hubungan antara manusia dengan alam lebih selaras dan harmoni. Taylor dan de Loe (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan
lokal menjadi nilai penting dalam mendukung penyelidikan teknis,
pengembangan kebijakan, dan penggunaan efektif dalam proses pengambilan
keputusan. Karena itu, di era kontemporer saat ini, tantangan terbesar yang
dihadapi local wisdom adalah mempertahankan
eksistensinya di tengah terpaan modernisasi teknologi. Strategi-strategi yang
jitu dalam menguatkan daya tahan budaya lokal perlu dirumuskan. Oleh karena itu
perlu dilakukan kombinasi dengan salah satu paham filsafat kehidupan yaitu
pragmatis.
Pragmatisme merupakan salah satu paham filsafat bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya
yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual,
konkret, dan terpisah satu sama lain (Zalta et
al., 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka paper dengan topik “Kombinasi Local Wisdom dan Pragmatisme sebagai Rekomendasi
Terhadap Pengendalian Modernisasi Teknologi” saya tulis sebagai tambahan referensi bagi pembaca, serta menjadi
bahan pertimbangan bagaimana kita menyikapi perkembangan zaman yang ada saat
ini.
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan
dipaparkan dalam paper ini sebagai berikut.
1. Bagaimana
kelemahan hasil modernisasi teknologi bagi negara-negara konsumen?
2. Bagaimana
korelasi salah satu pendekatan disiplin
bioetika (model pragmatis) terhadap modernisasi teknologi?
3. Bagaimana
penerapan metode kombinasi local wisdom dan pragmatisme sebagai pengendali modernisasi
teknologi?
1.3 Tujuan
Tujuan
yang akan dicapai dalam penulisan paper ini sebagai berikut.
1.
Mengetahui
beberapa dampak dari modernisasi teknologi terhadap aspek kehidupan (Pertanian,
Kesehatan, Pangan),
2. Mengetahui
korelasi salah satu disiplin bioetika
(model pragmatis) terhadap modernisasi teknologi,
3.
Mengetahui
penerapan metode local wisdom dan pragmatisme sebagai pengendali modernisasi teknologi.
BAB II
KONSTRUKSI ARGUMEN
DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Peta Konstruksi Argumen Permasalahan dan Cara
Pengendaliannya
2.1
Pembahasan
2.1.1 Kelemahan hasil modernisasi teknologi bagi
negara-negara konsumen
Pengertian
modernisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa
kini/pemodernan. Kehidupan masyarakat hari ini, tidak bisa dibayangkan hidup mereka tanpa menggunakan teknologi. Modernisasi teknologi bagi negara konsumen sangat berdampak terhadap
kualitas kehidupan mereka, manfaat yang diperoleh lebih beragam. Tidak dapat
dipungkiri lagi modernisasi terjadi berkat kemajuan ilmu pengetahuan dari masa
ke masa. Jin (2012) mengemukakan
sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan dan modernisasi teknologi saling mempromosikan satu sama lain, karena inovasi adalah kekuatan pendorong fundamental untuk modernisasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus
berlanjut, dan ekonomi dunia pun
cepat berubah, sumber daya dan modal didorong untuk menciptakan inovasi, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor utama dalam pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial. Sementara teknologi menyediakan banyak keuntungan,
ada juga beberapa kelemahannya,
antar lain:
2.1.1.1 Bidang
Pertanian
Aktivitas
agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian juga menghasilkan limbah. Penggunaan
pestisida selain bermanfaat meningkatkan produksi pertanian juga menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan bagi kesehatan manusia. Penerapannya di
bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Hanya 20%
pestisida mengenai sasaran sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi
residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila
masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically
Acquired Deficiency Syndrom).
Penyemprotan
dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan
masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di
lingkungan. Pestisida bergerak dari lahan pertanian menuju aliran sungai dan
danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran
permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air
tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan
pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air.
2.1.1.2 Bidang Makanan/Pangan
BPOM-RI (2010),
menyatakan bahwa kekhawatiran
terhadap pangan produk rekayasa genetika mencakup berbagai aspek, 3 isu yang
sering dipermasalahkan adalah kecenderungan untuk menyebabkan reaksi alergi
(alergenisitas), transfer gen dan outcrossing. Prinsipnya transfer gen
dari pangan yang menyebabkan alergi tidak diinginkan kecuali jika terbukti
bahwa protein hasil transfer gen tidak bersifat alergenik. Selanjutnya transfer
gen dari pangan produk rekayasa genetik ke dalam sel tubuh atau ke bakteri di
dalam sistem pencernaan menimbulkan kekhawatiran jika material genetik yang
ditransfer tersebut dapat merugikan kesehatan manusia. Terakhir, perpindahan / pergerakan
gen dari tanaman rekayasa genetic ke tanaman konvensional atau spesies
yang berhubungan di alam
(outcrossing), misalnya percampuran
produk pasca hasil panen dari bibit konvensional dengan produk tanaman rekayasa
genetik.
Transfer genetik terjadi di dalam tubuh
organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan
pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu
dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami,
berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa
genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin
baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Kemudian
kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang
serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik
yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang
sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme
tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin,
alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
2.1.1.3 Bidang
kesehatan
Produk rekayasa genetik di bidang kesehatan
juga menimbulkan dampak negatif. Hal ini bahkan menjadi masalah besar bagi
masyarakat konsumen. Misalnya saja penggunaan insulin hasil rekayasa telah
menyebabkan 31 orang meninggal di inggris. Tomat hasil Bioteknologi adalah
Tomat Flavr Savrt diketahui mengandung gen resisten terhadap anti biotik. jika
kita terinfeksi penyakit dari teknologi ini, para dokter belum mengetahui
obatnya.
Kelemahan modernisasi teknologi ini
mengakibatkan peradaban teknologi konvensional yang terbatas dan terjadi
pergeseran terhadap pemakaian produk tradisional. Semangat untuk meningkatkan
teknologi konvensional semakin terkikis, disebabkan tidak adanya kekonsistenan
penggunanya. Pergeseran terjadi dari penggunaan produk tradisional
turun-temurun beralih kepada produk hasil teknologi modern.
2.1.2 Korelasi
pendekatan model pragmatis terhadap modernisasi
teknologi
Model pragmatis
bermula dari tradisi filsafat empiris yang diperkuat oleh etika
sosialis yang berasaskan filsafat praktis pembenaran dari utilitarianisme
sosial. Gagasan khas dari filsafat ini
adalah daya guna dan efisiensi. Pandangan utilitarian menandaskan bahwa
sebuah tindakan dapat diterima secara moral karena tindakan ini menghasilkan
lebih banyak kebaikan daripada kejahatan.
Penilaian etis ini menganut prinsip untung-rugi atau kebaikan-kejahatan
yang diperoleh melalui sebuah proses tindakan medis.
Melihat dari sudut
pandang bioetika model pragmatis terhadap modernisasi teknologi, bahwa suatu
teknologi bukan hanya sekedar bagaimana produk yang dihasilkannya tetapi
efisien serta dampak yang ditimbulkan pra-pengolahan hingga pasca-pengolahan
perlu dicermati terlebih dahulu. Model pragmatis menekankan suatu teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila
ada kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan
criteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). William James adalah orang yang memperkenalkan
gagasan-gagasan pragmatisme ke seluruh dunia, menurut William James pragmatisme penting karena menawarkan cara mengatasi
permasalahan, cara melihat bahwa ilmu pengetahuan, moralitas dan agama tidak berada
dalam sebuah persaingan (Zalta et
al., 2013).
2.1.3
Penerapan Metode Kombinasi Local Wisdom dan Pragmatisme
Hal penting yang perlu saya
ungkapkan dalam tulisan ini adalah nilai pragmatism dalam kehidupan sehari-hari
ini memang sudah melekat, namun perlu dilakukan evaluasi serta perbaikan lebih
lanjut. Menurut saya, etika pragmatis dalam keseharian kita secara kualitas
belum terukur dengan pasti, hal ini dikarenakan kecenderungan kesepakatan
bersama yang minim. Setiap individu pasti akan melakukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya sendiri terlebih dahulu tanpa menghiraukan dampak lain yang akan
terjadi. Ketika individu ini berada ditengah kumpulan komunitas dia akan
menyuarakan apa yang dianggap baik bagi dia, tapi belum tentu bagi komunitas
tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan mindset antara individu tersebut. Saat ini teknologi berkembang
bagaikan air yang tiada henti mengalir, ilmu pengetahuan selalu memunculkan
inovasi baru demi manfaat kehidupan bersama dan disisi lain menguntungkan bagi
dia sendiri dalam hal keuangan.
Keberadaan teknologi atau tradisi
tradisional/konvensional mulai ditinggalkan,
misalnya saat ini sebagian besar masyarakat tidak lagi mengenal makanan dan
obat-obatan tradisional, warisan nenek moyang yang dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit bahkan membuat tubuh kita tahan terhadap penyakit sudah ada sejak
dahulu kala. Kurangnya akses informasi berupa jaringan internet maka dahulu
nenek moyang kita tidak bias mempromosikan produk yang telah mereka racik
sendiri. Sejalan dengan itu kita juga dapat melihat bagaimana evolusi yang
terjadi terhadap lamanya usia hidup manusia dimuka bumi ini, sangat berbeda
waktu hidup manusia 1 – 2 abad yang lalu dengan manusia saat ini. Timbulnya
berbagai penyakit generasi baru yang sebelumnya belum pernah teridentifikasi
menimbulkan pertanyaan besar, keseimbangan ekosistem lingkungan terganggu dan
masih banyak lagi fenomena yang terjadi.
Sebuah cara atau dapat
dikatakan sebagai metode pengendali yang dapat diterapkan adalah kombinasi local wisdom (kearifan lokal) dengan
nilai bioetika pragmatis. Kearifan lokal yang ada dapat diolah, kemudian
berlanjut hingga tercapai kesepakatan untuk mendapatkan standarisasi dalam
penggunaannya. Hal ini tercapai setelah dilakukan pengujian dalam laboratorium
dan perlakuan dilapangan tentunya, sehingga produk local dapat diterima secara
luas oleh semua golongan masyarakat hingga internasional. Tetapi, nilai
bioetika pragmatis menjadi filter bagi proses dan pengolahan produk lokal.
Melalui filter ini akan terlihat pengaruh dampak positif secara konkret dalam
menunjang kehidupan manusia. Kelayakan suatu produk perlu diuji secara kontinyu
dari waktu kewaktu untuk memastikan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan.
BAB
III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan paper ini sebagai berikut:
1. Masih ada kelemahan hasil modernisasi
teknologi bagi konsumennya yang sebagian besar dibidang pertanian, makanan, dan
kesehatan,
2. Melihat dari sudut
pandang bioetika model pragmatis terhadap modernisasi teknologi, bahwa suatu
teknologi bukan hanya sekedar bagaimana produk dihasilkan tetapi efisien serta
dampak yang ditimbulkan pra-pengolahan hingga pasca-pengolahan perlu dicermati
terlebih dahulu,
3. Metode pengendali yang dapat
diterapkan adalah kombinasi local wisdom
(kearifan lokal) dengan nilai bioetika pragmatis. Hasil standarisasi produk
lokal dalam penggunaannya sebagai cerminan tercapainya metode ini. Nilai
bioetika pragmatis berfungsi filter bagi proses dan pengolahan produk lokal,
sehingga nilai kegunaannya terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia (BPOM-RI), 2010, Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di Indonesia, Vol.XI (1).
Cavusgil, T.S.,
1993, Globalization of Markets and Its Impact on Domestic Institutions, Indiana
Journal of Global Legal Studies, Vol. 1: 83.
EuroStat, 2007, Euro
Indicator, Selected Readings, Focus on: Measuring Globalization. Luxembourg:
Eurpoean Commission.
Haryati Soebadjo,
1989, Pendidikan dalam Perubahan Budaya,
dalam mimbar pendidikan No. 3, IKIP, Bandung.
Jin, J., 2012, Science,
Technology and Modernization, Modernization
Science Newsletter, 2(2):2.
Taylor, B., & de Loe, R.C., 2012,
Conceptualizations of local knowledge in collaborative environmental
governance, Geoforum, 43(6),
1207-1217.
Zalta, N.E., Nodelman, U., Allen, C., and Anderson, L.R.,
2013, Pragmatism, Stanford encyclopedia of philosophy, Stanford university,
United States.
Komentar
Posting Komentar