MEMBANGUN KOMUNITAS MAHASISWA MENGAJAR ANAK DESA SEBAGAI REALISASI PERGERAKAN NASIONAL BUDI UTOMO



MEMBANGUN KOMUNITAS MAHASISWA MENGAJAR ANAK DESA SEBAGAI REALISASI PERGERAKAN NASIONAL
BUDI UTOMO

Oleh:
JENDRI MAMANGKEY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan, atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Untuk itu kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada para panitia khususnya, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menuangkan hasil diskusi kami dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah. Semoga Karya Tulis Ilmiah yang kami tulis dapat memberikan wawasan tambahan serta sebagai bahan referensi untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Disadari pula bahwa dalam naskah Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa Membalas semua budi luhur dan jasa kita semua, Amin.

I.                   PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Semua anak diseluruh wilayah Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan menjadi hal yang tak mungkin bagi sebagian masyarakat pedesaan yang mayoritas berprinsip “sehari bekerja untuk makan esok hari, esok harinya mencari lagi”. Prinsip ini memberi kesadaran bagi penikmat bangku pendidikan hingga hari ini, bagaimana kita sebagai manusia sosial perlu menolong saudara kita yang memerlukan. Hal ini perlu didukung oleh kesiapan diri individu yang akan dididik itu sendiri, namun hal yang terpenting adalah kesanggupan mereka untuk mengatasi permasalahan biaya pendidikan serta jarak tempuh sekolah itu sendiri. Persoalan anak dipedesaan sesungguhnya terkait erat dengan kerentanan keluarga akibat aspek sosial ekonomi. Berdasarkan faktor keluarga, kesulitan yang dihadapi adalah kesadaran orang tua yang menganggap anak sebagai aset yang dapat membantu keluarga dalam perolehan ekonomi keluarga, padahal secara yuridis terdapat dua landasan hukum yang mengharuskan pemerintah untuk terus berupaya memberikan pelayanan kepada semua anak. Pertama, Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pada pasal 6 ayat 1 menegaskan setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Kedua, Konvensi Hak Anak yang secara eksplisit menganjurkan kepada semua negara yang meratifikasi konvensi untuk menjamin kesejahteraan dan masa depan anak. Indonesia sendiri meratifikasi konvensi dengan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemberdayaan manusia dan pengembangan pendidikan di Indonesia sudah hadir sejak perjuangan gerakan-gerakan nasional di Indonesia didirikan, salah

satu gerakan itu adalah Budi Utomo. Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Tujuan Budi Utomo adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan. Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintahan Hindia Belanda salah satunya adalah izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo. Melalui komunitas atau gerakan Budi Utomo inilah lahir cendekiawan-cendekiawan nasional berikutnya. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Wenger, 2002). Komunitas berarti sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Komunitas dapat menjadi sebuah forum pendamping terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Mahasiswa sebagai bagian dari elemen masyarakat dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat pedesaan sebagai implementasi ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan. Melalui pemikiran serta tindakan mahasiswa dapat membantu pemerintah dalam menangani pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tulisan ini akan mencoba mencari model pendidikan alternatif bagi pengembangan intelektual peserta didik dipedesaan, sehingga kemandirian bangsa Indonesia tercipta diawali dengan kesejahteraan masyarakat desa.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum: Pembuatan Kombucha

PEMBUATAN WINE (ANGGUR)

KERAGAMAN JENIS BENTHOS DI PERAIRAN WISATA BAHARI DESA TANJUNG TIRAM KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA