PEMBUATAN STATER NATA DE COCO
By: Jendri mamangkey
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sulawesi
Tenggara merupakan salah satu provinsi yang banyak memiliki hasil perkebunan,
salah satunya adalah kelapa. Kelapa merupakan salah satu komoditas yang lumayan
besar di Sulawesi Tenggara. Kelapa memiliki banyak manfaat terlebih dalam dunia
industri. Kelapa memiliki peranan penting mulai dari bagian daun, akar, batang
sampai buah sekalipun. Praktikum kali
ini bahan utama yang digunakan adalah air kelapa. Air kelapa merupakan salah
satu limbah yang bermanfaat dari bagian buah kelapa. Tapi sangat disayangkan
kebanyakan dari masyarakat kurang mengenal apa manfaat dari air kelapa ini.
Padahal air kelapa sangat banyak manfaatnya salah satunya adalah diolah menjadi
nata de coco. Harga bahan baku ini relatif sangat murah dan kadang-kadangpun
tidak ada harganya atau diberikan secara Cuma-Cuma. Selain itu di indonesia
sangat kaya akan kelapa sehingga apabila limbah air kelapa ini tidak
dimanfaatkan akan sangat rugi karena hasil yang di dapat dari produksi air
kelapa yang diolah menjadi nata de coco ini lumayan memuaskan kalau dilihat
dari segi ekonominya.
Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk di buat
minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap,
sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme. Komposisi gizi air kelapa
tergantung pada umur kelapa dan varietasnya. Air kelapa per 100 ml mengandung
sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g, vitamin C 1,0
mg, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang terkandung glukosa,
fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan, 2004).
Nata
adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai
gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam
cairan). Bahan yang dapat digunakan sebagai media untuk pembuatan nata adalah
air kelapa sehingga produknya dikenal dengan nata de coco. Selain itu bahan
lainnya adalah sari nanas (nata de pina), kedelai (nata de soya) atau buah lain
yang mengandung glukosa. Mikroba yang aktif dalam pembuatan nata adalah bakteri
pembentuk asam asetat yaitu Acetobacter xylinum. Mikroorgansime ini dapat
merubah gula menjadi selulosa. Jalinan selulosa inilah yang membuat nata
terlihat putih. Dari hal tersebut diatas dan untuk menambah pengalaman dalam
pembuatan nata
de coco maka dilakukan praktikum ini
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada praktikum pembuatan nata de coco yaitu:
1.
Apa peran dari bakteri Acetobacter xylinum?
2.
Bagaimana cara pembuatan nata de coco?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum pembuatan
nata de coco yaitu:
1. Untuk
mengetahui peran bakteri Acetobacter xylinum
pada nata de coco.
2. Untuk
mengetahui cara pembuatan nata de coco.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum pembuatan nata de coco yaitu:
1. Dapat mengetahui peran bakteri Acetobacter xylinum pada nata de coco.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan nata de coco.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Nata adalah produk fermentasi oleh
bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang mengandung gula. Bakteri
tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen untuk stimulasi
aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan bakteri untuk aktifitas
metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal
dengan “extracelluler selulose” berbentuk gel. Polisakarida inilah yang
dinamakan nata (Suarsini, 2010).
Air kelapa mempunyai potensi yang
baik untuk di buat minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya
dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi
air kelapa tergantung pada umur kelapa dan variertasnya. Air kelapa per 100 ml
mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g,
vitamin C 1,0 mg, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang
terkandung glukosa, fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan, 2004).
Acetobacter xylinum merupakan
bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob, berbentuk batang,
nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 25‐30
0C, dan mampu mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5. Proses
pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan kegiatan sintesa
selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada
membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa
monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan Mubarik, 2002).
Komponen serat yang terbentuk dalam nata de coco adalah
selulosa bakteri. Selulosa merupakan struktur utama dinding sel berupa rantai
panjang residu glukopyranosa yang berikatan β-(1-4) tanpa cabang dan tanpa
subtitusi. Sejumlah besar rantai selulosa bergabung membentuk mikrofibril
selulosa dan saling berikatan membentuk fibril. Rantai selulosa dapat mempunyai
residu lebih dari 1500 residu β-glukosa. Rantainya mengandung gugus OH-
disepanjang rantainya yang menyebabkan selulosa bermuatan negatif. Dengan
demikian, selulosa memiliki kemampuan dalam mengikat ion positif seperti pada
mineral (McDonald et al. 1988).
Ada beberapa
jenis nata yang sudah banyak dikenal di masyarakat yaitu antara lain: Nata de coco, yaitu nata yang diperoleh dari
pemamfaatan limbah air kelapa sebagai media pertumbuhan bakteri. Nata de pina
yaitu nata yang diperoleh dengan memamfaatkan sari buah nanas sebagai media
pertumbuhan bakteri. Nata de Soya, yaitu nata yang diperoleh dari pemamfaatan
limbah tahu yang cair (“whey”) sebagai media pertumbuhan bakteri (Bambang, 2012).
Ananas comosus merupakan substrat pertama yang digunakan untuk pembentukan nata,
namun karena sifatnya yang musiman maka dicarikan beberapa alternatif lain
untuk memproduksi nata yang bisa tersedia dengan mudah sepanjang tahun dan
murah harganya. Ditinjau dari komposisinya nanas terdiri atas sebagian besar air
yang di dalamnya banyak mengandung gula dan vitamin serta mineral penting
(Muljohardjo, 1984). Kandungan kalori dari nanas per 100 gram bahan dapat
dimakan terdiri atas : air 80‐85%, gula 12‐15 %, asam 0,6%, protein 0,4%, abu 0,5% dan lemak 0,1% (Samson,
1986). Selain karbohidrat, di dalam buah nanas juga terdapat lemak, nitrogen,
asam‐asam
organik, pigmen, vitamin serta bahan‐bahan organik.
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktikum
Pembuatan Stater Nata De Coco
dilakukan pada hari Kamis, 02 Mei 2013 pukul 09.00 sampai selesai. Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Unhalu, Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum Pembuatan Stater
Nata De Coco dapat dilihat pada tabel 1.
Bahan
yang digunakan pada praktikum Pembuatan Stater Nata de Coco dapat dilihat pada tabel 2.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Pembuatan
Stater Nata de Coco adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan air kelapa,
gula 250 gram, asam cuka 100 ml, ZA 25 gram yang dilarutkan dalam 50 ml air,
dan starter
2. Menyaring 2 liter air kelapa, kemudian ditambahkan dengan gula, ZA.
3. Mendidihkan campuran bahan-bahan tersebut,
kemudian mematikan api kompor, dan menambah campuran tersebut dengan asam
cuka.
4.
Mensterilisasi botol, dengan cara pasteurisasi.
5. Memasukkan air kelapa yang sudah
didihkan pada botol sebanyak 600 ml, kemudian
menutupnya dengan kertas dan membiarkannya hingga dingin.
6. Setelah dingin, menambahkan starter
botol berisi campuran air kelapa yang telah didinginkan tadi dan memeramnya
kembali selama kurang lebih 6 sampai 7 hari.
7.
Jika telah terbentuk Nata pada fermentasi maka stater Nata sudah jadi.
8. Mengambil gambar stater menggunakan kamera.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh pada
praktikum Pembuatan Starter Nata De
Coco adalah sebagai berikut :
B. Pembahasan
Nata
De Coco merupakan produk hasil proses fermentasi air
kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal
dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu
sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis
yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Pembuatan
Nata de Coco yaitu pemanfaatan sumber gula sebagai sumber tenaga, sebagian gula
disintetis menjadi selulosa atau Nata, sebagian gula diuraikan menjadi asam
cuka yang menurunkan derajat keasaman (pH) medium sampai 3.0 – 2.5 sehingga
medium semakin asam. Untuk dapat menghasilkan masa yang kokoh, kenyal, tebal
putih, dan tembus pandang, diperlukan suhu inkubasi (pemeraman) komposisi, dan
derajat keasaman (pH) media.
Tahap-tahap
yang perlu dilakukan dalam pembuatan nata adalah persiapan media, starter,
inokulasi, fermentasi/pengeraman, pemanenan, penghilangan asam dan pengawetan.
Komposisi media yang digunakan untuk pengawetan. Komposisi media yang digunakan
untuk starter adalah sama dengan media untuk pemeliharaan kultur tetapi tanpa
media agar.
Pembuatan nata dilakukan dengan menfermentasikan air kelapa dengan menggunakan mikroba
jenis Acetobacter xilynum.
Dalam proses fermentasi, dinamika populasi bakteri yang tumbuh sulit diduga. Hal ini terutama
karena kondisi lingkungan yang tidak dapat di kontrol dengan baik selam fermentasi berlangsung.
Acetobacter merupakan bakteri yang menghasilkan serat‐serat selulosa yang sangat
halus. Serat‐serat ini
dapat membentuk suatu jaringan pada lapisan permukaan antara udara dan cairan
yang disebut pelikel. Pelikel ini memiliki ketebalan kira‐kira 10 mm bergantung pada
masa pertumbuhan mikroba. Pelikel yang berada pada permukaan udara cairan ini
terdiri atas pita‐pita
yang mengandung kristalin yang tinggi. Pita–pita tersebut memiliki lebar 40‐100 nm, namun panjangnya
sulit diukur karena membentuk jaringan yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Pita tersebut tersusun atas bagian mikrofibril yang berhubungan melalui ikatan
hidrogen
Acetobacter
xylinum merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob,
berbentuk batang, nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 25‐30 0C, dan mampu
mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5 (Madigan et al., 1997).
Proses pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan kegiatan sintesa
selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada
membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa
monofosfat dan siklus asam sitrat.
Beberapa galur Acetobacter menghasilkan
membran bergelatin yang dinamakan pellicle pada permukaan suatu kultur
cair. Membran ini sama dengan “Nata de Coco”, suatu jenis makanan hasil fermentasi
tradisional di Filipina yang yang sangat dikenal sebagai makanan penutup di
Jepang. Substansi gelatin ini secara kimiawi identik dengan selulosa. Ananas comosus merupakan
substrat pertama yang digunakan untuk pembentukan nata, namun karena sifatnya yang
musiman maka dicarikan beberapa alternatif lain untuk memproduksi nata yang
bisa tersedia dengan mudah sepanjang tahun dan murah harganya. Ditinjau dari
komposisinya nanas terdiri atas sebagian besar air yang di dalamnya banyak
mengandung gula dan vitamin serta mineral penting (Muljohardjo, 1984).
Kandungan kalori dari nanas per 100 gram bahan dapat dimakan terdiri atas : air
80‐85%, gula 12‐15 %, asam 0,6%, protein 0,4%,
abu 0,5% dan lemak 0,1%. Selain karbohidrat, di dalam buah nanas juga terdapat
lemak, nitrogen, asam‐asam organik, pigmen, vitamin
serta bahan‐bahan organik. Asam organik utama yang terkandung di dalam
nanas adalah asam sitrat, yang merupakan asan‐asam non
volatil yang terbanyak dalam buah nanas.
Praktikum
kali ini adalah membuat stater Nata de Coco, pertama-tama
menyiapkan air kelapa, gula 250 gram, asam cuka 100 ml, ZA 25 gram yang
dilarutkan dalam 50 ml air, dan starter. Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk di buat minuman
fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga
sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada
umur kelapa dan variertasnya. Air kelapa per 100 ml mengandung sejumlah zat
gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g, vitamin C 1,0 mg, asam
amino, dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang terkandung glukosa, fruktosa,
sukrosa, dan sorbitol. Setelah itu menyaring 2 liter air kelapa,
kemudian ditambahkan dengan gula dan ZA.
Adanya gula sukrosa dalam air
kelapa adalah sebagai sumber karbon
akan dimanfaatkan oleh Acetobacter
xylinum sebagai aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi
suatu polisakarida yang dikenal dengan “extracelluler selulose” berbentuk gel.
Polisakarida inilah yang dinamakan nata. Senyawa
peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan
pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu
meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter
xylinum untuk menghasilkan selulosa. Pemberian ZA (ammonium sulfat) disini adalah sebagai sumber N bagi bakteri, nama ZA adalah
singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti
amonium sulfat (NH4SO4). Sehingga
dengan penambahan ZA ini maka nata yang diproduksi akan lebih banyak disebabkan oleh pemecahan
molekul ammonium sulfat yang lebih sederhana dibandingkan urea. Selain itu,
bentuk ion ammonium lebih membutuhkan sedikit energi dibandingkan nitrogen yang
masih berbentuk senyawa amida. Selanjutnya mendidihkan campuran bahan-bahan tersebut, kemudian mematikan api kompor,
dan menambah campuran tersebut dengan asam cuka. Asam asetat atau
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa.
Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8 %).
Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat
digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 –
5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan
anorganik lain bisa digunakan.
Kemudian Mensterilisasi botol, dengan
cara pasteurisasi. Selanjutnya Memasukkan air
kelapa yang sudah didihkan pada botol sebanyak 600 ml, kemudian menutupnya
dengan kertas dan membiarkannya hingga dingin. Setelah
dingin, menambahkan starter botol berisi campuran air kelapa yang telah didinginkan
tadi dan memeramnya kembali selama kurang lebih 6 sampai 7 hari.
Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum, suhu ideal bagi pertumbuhan
bakteri Acetobacter xylinum pada suhu
28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan
kontaminasi. Acetobacter xylinum akan dapat membentuk
serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang
terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik
yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata. Proses pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan
kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang
terikat pada membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui
jalur heksosa monofosfat dan siklus asam sitrat.
numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*