MANGGIS (Garcinia mangostana L.) : ASAL USUL, POLA PERSEBARAN DAN KERAGAMAN JENIS HASIL DIFERENSIASI GENETIKNYA


MANGGIS (Garcinia mangostana L.) : ASAL USUL, POLA PERSEBARAN DAN KERAGAMAN JENIS HASIL DIFERENSIASI GENETIKNYA


Disusun oleh:
JENDRI MAMANGKEY
NIM: 157030013
(Magister Biologi)



1.                  PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Indonesia adalah negara megabiodiversity. Bukan karena memiliki banyak kapal perang, tank, nuklir, atau pesawat tempur, tetapi karena kekayaan alam yang tak tertandingi oleh negara lain. Secara biologis Kekayaan biodiversitas terdeteksi pada kehidupan di darat, air tawar dan laut. Dengan luas area 1,3% luas daratan dunia, Indonesia menyimpan 11% spesies tumbuhan dunia (FWI-GFW, 2001).  Kekayaan ini sebagian besar tersimpan dalam hutan-hutan sebagai spesies liar dan lainnya berada pada lahan-lahan pertanian serta perkebunan yang tersebar  pada lebih kurang 17.000 pulau. Hal ini juga dikemukakan Iskandar dan Yuswohady (2015), bahwa dengan sekitar 17.000 jumlah pulau dan 2/3 dari seluruh wilayah merupakan perairan, negeri ini memiliki sekitar 10% dari total spesies tumbuhan di dunia. Tak hanya itu, Indonesia mendapat peringkat pertama sebagai the world’s center of agroindustry dengan tumbuhan budidaya terbesar di dunia.
Keragaman flora Indonesia tidak hanya terdiri dari jumlah spesies tumbuhan yang ada tetapi juga jumlah subspesies, varietas sampai pada keragaman individu dalam populasi baik liar maupun domestikasi. Salah satu tumbuhan yang populer di Indonesia adalah manggis (Garcinia mangostana L.). tumbuhan ini menjadi populer dikalangan masyarakat luas karena khasiatnya yang multifungsi untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Khasiat buah manggis (Garcinia mangostana L.) dibuktikan dari beberapa eksplorasi penelitian, hasil penelitian Sakagami (2005), menyatakan bahwa senyawa mangostin secara in vitro menunjukkan aktivitas antibakteri yang dapat menghambat Staphylococcus aureus, kemudian Mahabusarakam (2006) berhasil mengekstrak senyawa organik xanthone dan α-mangostin yang memiliki antivitas antimalaria, selanjutnya dari hasil penelitian lain yang berhasil dilaporkan oleh Monajjemi, et al. (2011), bahwa teridentifikasi senyawa antikanker pada buah manggis yaitu mangosteen, mangosteenol, paradole, shagaol dan zingerone.
Sebagai akademisi, kita perlu mempertahankan eksistensi buah manggis (Garcinia mangostana L.) di Indonesia, karena menjadi penunjang kehidupan bagi banyak orang. Mempertahankan keberadaan buah manggis (Garcinia mangostana L.) perlu memperhatikan beberapa hal yang mendukung, baik melalui tahapan pengkoleksian, karakterisasi, konservasi hingga cara pemanfaatannya. Keberadaan buah manggis (Garcinia mangostana L.) di Indonesia yang terdistribusi dimasing-masing wilayah, diikuti dengan jenis dan varietas yang beragam disetiap habitatnya, sehingga memiliki jumlah spesifikasi genetik yang tinggi. Hal ini sesuai observasi Uji (2007), bahwa hasil koleksi herbarium dan studi literatur ada jumlah 77 spesies Garcinia, 25 spesies ditemukan di Kalimantan, 22 spesies di Sumatera dan Sulawesi, 17 spesies di Maluku dan Papua, 8 spesies di Jawa, dan 5 spesies di Kepulauan Sunda.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan pengkajian mengenai asal-usul, serta pola keragaman jenis hasil diferensiasi genetik buah manggis (Garcinia mangostana L.) disetiap habitatnya.



1.2.  Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam paper ini sebagai berikut.
1.    Bagaimana historis asal-usul manggis (Garcinia mangostana L.)?
2.    Bagaimana pola persebaran manggis (Garcinia mangostana L.)?
3.    Bagaimana keragaman jenis manggis (Garcinia mangostana L.) hasil
diferensiasi genetik
1.3.  Tujuan
Tujuan dari penyusunan paper ini sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui historis asal-usul manggis (Garcinia mangostana L.)
2.    Untuk mengetahui pola persebaran manggis (Garcinia mangostana L.)
3.    Untuk mengetahui keragaman jenis manggis (Garcinia mangostana L.) hasil diferensiasi genetik

II.                PEMBAHASAN

  
2.1.  Historis Asal-Usul Manggis (Garcinia mangostana L.)

Manggis merupakan salah satu jenis tumbuhan yang poluler dan diminati untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat), Mangih (Minangkabau), Mangustang (Halmahera), Manggis (Jawa).  Manggis (Garcinia mangostana) sebagai queen of tropical fruits merupakan famili Guttiferae (Almeyda dan Martin, 1976). Buah manggis memiliki kulit buah berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah.
Nama genus Garcinia diberikan oleh Linnaeus untuk menghormati naturalis Prancis Laurent Garcin untuk karyanya sebagai seorang ahli botaniawan diabad ke-18.  Laurent Garcin telah membuat salah satu deskripsi buah paling rinci.  Meskipun kata 'mangga' ada di kata 'manggis', namun tidak ada hubungan botani ditingkat genus dan familynya. Nama manggis sendiri diduga berasal dari Melayu atau Jawa (Ketsa and Paull, 2011).
Tumbuhan manggis berasal dari kepulauan melayu (the Malay Archipelago) (Wester, 1921; Bailey, 1946;. Ochse et al., 1961; Palma Gil et al, 1972.). Selanjutnya budidaya meluas di Asia Tenggara, awalnya tumbuhan manggis dijadikan tumbuhan taman disekitar halaman rumah. Hingga saat ini manggis telah dijadikan tumbuhan perkebunan terutama di wilayah Semenanjung Malaysia, Borneo (Indonesia (73%): Kalimantan, Malaysia (26%), dan Brunei (1%)), Jawa dan Filipina.
Selama ini kita mengetahui bahwa asal-usul buah manggis berasal dari Malaysia, yang banyak tertulis dalam buku-buku bacaan. Ternyata yang benar asal usul buah manggis berasal dari Malaysia dan Indonesia. Menurut Prof. Dr Rhoedy Poerwanto, M.Sc (Ketua Perhimpunan Ilmuan Holtikultura Indonesia) dari IPB mengungkapkan hal itu dalam persentasenya pada forum kehumasan dengan kehumasan lingkup Departemen Pertanian. Ia mengungkapkan bahwa tetua manggis ada di Indonesia sejak dulu. Saat ini terbukti bahwa manggis adalah "interspecific hybrid" dimana tetuanya berasal dari dua spesies yang berbeda dan secara tidak sengaja terjadi perkawinan, sehingga menghasilkan manggis baru.
Salah satu dari tetua itu adalah Garcinia malaccensis (Malaysia) dan Garcinia hombroniana (Kepulauan Nikobar), sehingga orang langsung berfikir bahwa asal usul manggis dari Malaysia, ternyata Garcinia malaccensis dan Garcinia hombroniana juga banyak terdapat di Jambi. Tapi karena Malaysia dan Indonesia bertetangga sehingga memungkinkan di sana juga ada tetuanya, setelah dijelaskan bahwa manggis tidak hanya berasal dari Malaysia tetapi juga berasal dari Indonesia (Provinsi Jambi). Hal ini akan memberikan kejelasan tentang asal usul buah manggis.


Peta di atas menunjukkan negara-negara di mana manggis (Garcinia mangostana L.) dibudidayakan. Kondisi ekologi di negara tersebut mendukung pertumbuhan manggis (Garcinia mangostana L.). Pola persebaran ada dua tipe native range (habitat asli) dan exotic range (diluar habitat asli), dimana native range secara umum meliputi Indonesia dan Malaysia. Sedangkan exotic range meliputi Australia, Kuba, Dominika, Ekuador, Gabon, Ghana, Guatemala, Honduras, India, Jamaika, Liberia, Myanmar, Filipina, Puerto Rico, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Trinidad, Tobago, Amerika Serikat, Vietnam, dan Zanzibar   (Orwa et al., 2009).
2.1.  Keragaman Jenis Manggis (Garcinia mangostana L.) Hasil Diferensiasi Genetik

Keragaman jenis manggis (Garcinia mangostana L.) tidak lepas dari hasil perkawinan antara parentalnya untuk menghasilkan filial (keturunan). Richards (1990) menyatakan bahwa manggis mempunyai dua kerabat dekat yaitu Garcinia hombroniana (2n = 48) dan Garcinia malaccensis (2n = 42). Studi sitologi menunjukkan bahwa manggis merupakan derivate allotetraploid dari kedua spesies tersebut.
Garcinia hombroniana   x   Garcinia malaccensis
  Garcinia mangostana (alotetraploid)

  

Allopoliploid artinya persilangan antarspesies dengan genom yang berbeda tanpa diikuti reduksi jumlah sel dalam meiosis. Salah satu tipe dari poliploid adalah tetraploid (4n). Almeyda dan Martin (1976) menyatakan bahwa manggis (Garcinia mangostana) merupakan jenis manggis asli dari Indonesia. Walaupun demikian, jenis manggis yang tersebar diseluruh negara habitat aslinya termasuk Indonesia memiliki persentase similaritas yang berbeda-beda. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keragaman genetik manggis antar negara. Nezre (2014), melaporkan hasil filogenetik manggis (Gambar 2) hasil koleksi jenis-jenis manggis yang berasal dari beberapa negara (Tabel 1).
Tabel 1. Daftar spesies dan aksesi yang digunakan dalam penelitian ini
 

 
 Gambar 2. Pohon filogenetik yang dihasilkan dari 621 karakter dari ITS (Internal Transcribed Spacer)

Hasil ini menunjukkan bahwa jenis manggis pada setiap negara berbeda-beda namun masih dalam persentase similaritas yang hampir sama. Hasil pohon filogenetik menunjukkan semua jenis manggis dengan kode (LAO, PM2, PM3, TH1, TH2, JAV) berada dikelompok A. Manggis dikelompok B (TH3), F (SAM) dan G (SBH) tidak mengelompok dengan kelompok lain karena terjadi titik mutasi pada urutan pasangan basa (bp) mereka.                    Kelompok C, yang berbagi cukup unik, terdiri dari Garcinia malaccensis dari Sumatera (SM1 dan SM2) dan Semenanjung selatan Malaysia (MY5), sedangkan kelompok E memiliki kesamaan100%. Selanjutnya untuk mengetahui mengapa ada perbedaan antara kelompok yang digambarkan pada pohon filogenetik dapat dilihat dari urutan pasangan basa (bp) (Gambar 3) yang ada.


II.                KESIMPULAN
2.1.   Penutup
 Kesimpulan dari pembahasan paper “asal-usul, serta pola keragaman jenis hasil diferensiasi genetik buah manggis (Garcinia mangostana L.)” sebagai berikut.
1.    Tumbuhan manggis berasal dari kepulauan melayu (the Malay Archipelago). Selanjutnya budidaya meluas di Asia Tenggara.
2.    Pola persebaran ada dua tipe native range (habitat asli) dan exotic range (diluar habitat asli), dimana native range secara umum meliputi Indonesia dan Malaysia. Sedangkan exotic range meliputi Australia, Kuba, Dominika, Ekuador, Gabon, Ghana, Guatemala, Honduras, India, Jamaika, Liberia, Myanmar, Filipina, Puerto Rico, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Trinidad, Tobago, Amerika Serikat, Vietnam, dan Zanzibar .
3.    Manggis mempunyai dua kerabat dekat yaitu Garcinia hombroniana (2n = 48) dan Garcinia malaccensis (2n = 42). Studi sitologi menunjukkan bahwa manggis merupakan derivate allotetraploid dari kedua spesies tersebut.

2.2.   Saran
 Saran yang dapat saya ajukan dalam paper ini adalah melalui bahan bacaan dan pembelajaran eksternal dari luar kelas kita dapat menjadikan referensi tambahan serta menjadi bagian dari agent of control terhadap keberlangsungan hidup manggis (Garcinia mangostana) melalui pengawasan lingkungan dan sosialisasi bersama masyarakat disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Almeyda, N., and Martin, F.W, 1976, Cultivation of neglected tropical fruit with promise, Part I: The mangosteen In : agriculture research service, USDA.

Bailey, L. H., 1946, Manual of Cultivated Plants. MacMillan Co., New York: 1116pp.

FWI/GFW, 2001, Keadaan Hutan Indonesia, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch, Bogor.

Ketsa S and Paull E.R., 2011, Mangosteen ( Garcinia mangostana L.), Thailand Research Fund (TRF) and the Commission on Higher Education, Ministry of Education and Kasetsart University Research and Development Institute (KURDI).

Mahabusarakam,W., Kuaha, K., Wilairat, P., Taylor, W.C., 2006, Prenylated xanthones as potential antiplasmodial substances. Planta Med. 72(10):9126.

Monajjemi, M., Azizi, V., Amini, H.S., and Mollaamin, F., 2011, Nanotheoretical studies on evaluation of anti cancer potential on mangosteen plant, African Journal of Agricultural Research Vol. 6(19), pp. 4661-4670.

Nazre, M., 2013, New evidence on the origin of mangosteen (Garcinia mangostana L.) based on morphology and ITS sequence, Genetic Resources Crop Evol.

  Ochse, J. J., Soule, J., M. J., Dijkman, M. J., and Wehlburg, C., 1961, Tropical and Subtropical Agriculture, MacMillan Co. New York.

Orwa, C. A., Mutua, Kindt, R., Jamnadass, R., Anthony, 2009, Agroforestree Database:a tree reference and selection guide

Palma Gil, C. J., Reyes, R. C., and Manzon, L. Q., 1972, Mangosteen (Garcinia mangostana L., Guttiferae). Cultural Direction for Philippines Agricultural Crop, Vol. 1: 169-172.

Richards, A.J., 1990, Studies in Garcinia dioecious tropical forest trees: Agamospermy, Botanical Journal of Newcastle Upon Tyne, Chapman and Hall, London

Sakagami,Y., Iinuma, M., Piyasena, K.G., Dharmaratne, H.R., 2005, Antibacterial activity of alphamangostin against vancomycin resistant Enterococci (VRE) and synergism with antibiotics, Phytomedicine, 12(3):203-208.

Uji T (2007). Diversity, distribution and potential of genus Garcinia in Indonesia. Hayati 12: 129-135.

Wester, P. J., 1921, The food plants of the Philippines. Philippines Agricultural Review, 14(3): 211-384.



 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum: Pembuatan Kombucha

PEMBUATAN WINE (ANGGUR)

KERAGAMAN JENIS BENTHOS DI PERAIRAN WISATA BAHARI DESA TANJUNG TIRAM KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA