PENGENALAN JENIS-JENIS LAMUN
PENGENALAN JENIS-JENIS LAMUN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.
Padang lamun (seagrass meadow) merupakan hamparan tanaman rumput laut yang selalu terendam air ini bisa ditemui baik di lingkungan sedimen estuaria yang dangkal maupun di tengah laut sekitar pulau-pulau. Diseluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 50 jenis yang mampu hidup di lingkungan terendam air yang bersifat saline. Walaupun dari lingkungan terendam air, namanya juga menyebutkan sebagai rumput laut, namun tanaman berbunga yang termasuk golongan angiospermae ini tidak ada hubungan dengan tanaman rumput yang biasa kita kenal di daratan walaupun sama-sama berakar rimpang.
B. Tujuan praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu,
1. untuk mengetahui jenis-jenis lamun yang tumbuh dipantai tanjung tiram Kecamatan Moramo
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan lamun
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam praktikum ini sebagai berikut
1. Bagaimana karakteristik jenis-jenis lamun yang tumbuh dipantai tanjung tiram Kecamatan Moramo?
2. Faktor-faktor apa yang menjadi indikator terhadap kesuburan lamun
D.Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu,
1. Dapat mengetahui karakteristik jenis-jenis lamun yang tumbuh dipantai tanjung tiram Kecamatan Moramo.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan lamun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam dalam laut. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan secara seksual (dioecious) lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara 2 ¨C 12 meter dengan sirkulasi air yang baik, (Mann, 2000).
Secara ekologi padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu: (1) produsen detritus dan zat hara; (2) mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang; (3) sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini; dan (4) sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari (Bengen, 2002).
Lamun merupakan bentangan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Lamun adalah tumbuhan air yang berbunga (Spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Keberadaan bunga dan buah ini adalah faktor utama yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya yang hidup terbenam dalam laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed). Secara struktural lamun memiliki batang yang terbenam didalam tanah, disebut rhizoma atau rimpang. Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat tumbuhan lamun dapat berdiri cukup kuat menghadapi ombak dan arus ( (Menez, et al. 1998).
Lamun memiliki dua bentuk pembungaan, yakni monoecious (dimana bunga jantan dan betina berada pada satu individu) dan dioecious (dimana jantan dan betina berada pada individu yang berbeda). Penyerbukan terjadi melalui media air (penyerbukan hydrophyllous). Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif (Azkab,1999).
Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Kebutuhasn cahaya yang tinggi bagi lamun untuk kepentingan fotosintesis terlihat dari sebarannya yang terbatas pada daerah yang masih menerima cahaya matahari (Berwick, 1983 )
Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara 1997). Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaan penting antara komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat dan sedimen terrigen dalam hal struktur, kerapatan, morfologi dan biomassa (Noor, 1993).
Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padang lamun dan ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi fektor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang jernih. Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia. Sedangkan Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo 1997).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 20 November pukul 07.00-16.30 WIB. Bertempat dipantai tanjung tiram, Moramo.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Karang dapat dilihat pada Tabel 1
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. menetapkan lokasi pengamatan
2. menyiapkan toples/botol kosong dan perlengkapan praktikum lainnya seperti alat snorkling dan kamera
3. menentukan daerah pengamatan untuk mengidentifikasi jenis-jenis lamun
4. melakukan eksploitasi pada daerah pengamatan dan mengambil serta mendokumentasikan jenis-jenis karang yang ditemukan dan dibawa dilaboratorium untuk diidentifikasi
5. melakukan klasifikasi/pencirian jenis-jenis karang dengan menggunakan buku identifikasi
B. Pembahasan
Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji.
Secara global kerusakan ekosistem lamun cenderung terus meningkat. Secara sederhana Seagrass watch menggambarkan bahwa laju degradasi ekosistem lamun mencapai dua kali lapangan sepak bola setiap jamnya. Sejak tahun 1980 secara global sekitar 54% ekosistem ini telah hilang. Di sisi lain lamun diketahui memiliki fungsi ekologis yang sangat penting, seperti habitat bagi berbagai jenis ikan dan moluska, khususnya sebagai habitat pengasuhan (nursery ground) lebih dari 360 spesies ikan, pelindung pantai, dan penyerap karbon serta penghasil oksigen bagi biota lain. Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang. Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik
Lamun umumnya teridentifikasi tumbuh dengan subur di perairan yang terbuka dan memiliki dasar perairan pantai yang berpasir mengandung lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati. Pendukung lain adalah kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1 – 10 meter. Ekosistem lamun dapat berasosiasi dengan baik dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Terumbu karang berperan sebagai penghalang arus air laut sehingga memungkinkan komunitas mangrove dan lamun di belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun, kemudian berperan untuk menahan sedimen dan memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan bagi terumbu karang yang sangat rentan terhadap kelimpahan sedimen. Mangrove juga berperan sebagai penahan sedimen, terutama yang berasal dari daratan, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan lumpur pada terumbu karang dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang terkumpul, pada gilirannya dapat menjadi substrat bagi komunitas mangrove. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan lamun adalah sebagai berikut:
1. Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesis. Hal ini menyebabkan sulitnya lamun tumbuh di perairan yang lebih dalam. Intensitas cahaya untuk laju fotosintesis lamun ditunjukkan dengan peningkataan suhu dari 29–35°C untuk Zostera marina, 30°C untuk Cymidoceae nodosa dan 25–30°C untuk Posidonia oceanica.
2. Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya
yang dibutuhkan lamun untuk berfotosintesis. Kekeruhan dapat disebabkan karena partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik atau sedimen, terutama dengan ukuran yang halus dan dalam jumlah yang berlebih. Pada perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi lamun (Hutomo, 1997 dalam Anonim, 2008).
3. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28 – 30°C . Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal tersebut. Suhu yang baik untuk mengontrol produktifitas lamun pada air adalah sekitar 20–30°C suntuk jenis Thalassia testudinum dan sekitar 30°C untuk Syringodium filiforme
Kami melakukan praktikum lapangan biologi laut untuk memantapkan pengamtan tentang padang lamun (simulasi dengan rumput yang di darat). Berdasarkan hasil praktikum lapangan, kami hanya mendapatkan 4 jenis lamun yaitu :. Enhalus accroides Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata,Cymodocea rotundata. Pada jenis lamun, Enhalus accroides jenis substratnya adalah pasir kasar, tipe perakaran yakni akar tertutupi jaringan hitam dan serat kasar, daun tebal dan banyak, biota asosiatif / epibionnya adalah udang, kepiting, ikan kecil, bivalvia. Sedangkan pada jenis lamun Thalassia hemprichii jenis substratnya yakni pasir kasar , akar berbuku-buku pendek, daunnya tidak begitu tebal (tipis ) biota asosiatif / epibionnya , udang, kepiting, ikan kecil, dan bivalvia, untuk jenis lamun Cymodocea serrulata jenis substratnya adalah pasir, tipe perakarannya serabut, ) jenis substratnya yakni pasir,, tipe perakarannya akar serabut biota asosiatif / epibionnya adalah kepiting, ikan kecil, bivalvia, udang, dan pada jenis lamun Cymodocea rotundata jenis substratnya adalah pasir, tipe perakarannya serabut, ) jenis substratnya yakni pasir,, tipe perakarannya akar serabut biota asosiatif / epibionnya adalah kepiting, ikan kecil, bivalvia, udang.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum lapangan yang berjudul Pengenalan Jenis-Jenis Lamun maka dapat diambil suatu simpulan bahwa:
1. Ada empat jenis lamun yang ditemukan dalam praktikum ini yakni Enhalus accroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, dan Cymodocea rotundata
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan lamun antara lain: Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas cahaya untuk berfotosintesi. Kekeruhan, kekeruhan secara tidak langsung lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk berfotosintesis, Temperatur ,suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28 – 30°C
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dalam praktikum ini yaitu sebaiknya alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum lebih disiapkan agar praktikum dapat berlangsung baik, seperti penyediaan alat ukur kualitas air yang tidak dilakukan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Azkab M.H,.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta, Lombok. Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut LIPI,Jakarta.
Bengen, D.G. 2002. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.
Berwick,N.L. 1983. Guidelines for Analysis of Biophysical Impact to Tropical Coastal Marine Resources.The Bombay Natural History ociety Centenaty Seminar Conservation in Developing Countries-Problem and Prospects,Bombay.
Hutomo,H. 1997. Padang lamun Indonesia :salah satu ekosistem laut dangkal yang belum banyak dikenal.Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Mann, H. 2000. Telaah Kualita Air Bagi Pengelolaan umberdaya dan Lingkungan Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Menez, E.G.,R.C. Phillips dan H.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines. Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21. Smithsonian Inst. Press, Washington.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Mangroves Identification
Guidelines in Indonesia. Wet Land International—Indonesia Programme. Bogor.220p.
Komentar
Posting Komentar